A. Pengertian Pendidikan
Kasih Sayang
Pendidikan
berasal dari kata ‘didik’, lalu kata ini mendapat awalan ‘me’ sehingga menjadi
‘mendidik’, artinya memelihara dan memberikan latihan. Pengertian pendidikan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan.[1]
Pendidikan
menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab I pasal 1
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.[2]
Secara
terminologis, pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulanya
dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan.[3]
Dari beberapa definisi pendidikan yang
telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
membina pertumbuhan dan perkembangan anak agar mencapai kedewasaan jasmani dan
rohani dan meliki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat
dan kebudayaan.
Pengertian pendidikan dapat di tinjau
dari dua segi. Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti
pewarisan kebudayaan dari generasi tua
kepada generasi muda. Dilihat dengan kaca mata individu, pendidikan berarti
pengembangan potensi - potensi yang terpendam dan tersembunyi karena manusia
mempunyai berbagai bakat dan kemampuan intelektual beraneka ragam.[4]
Jadi pendidikan menurut pandangan
individu adalah menggarap kekayaan yang terdapat pada setiap individu agar ia dapat dinikmati
oleh individu dan selanjutnya oleh
masyarakat.
Menurut Ahmat Tafsir bahwa Pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[5]
Pendidikan merupakan suatu alat yang digunakan oleh
manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya (survival), baik sebagai individu
maupun sebagai masyarakat. Manusia, dalam usahanya memelihara kelanjutan hidupnya
mewariskan berbagai nilai budaya dari suatu generasi kegenerasi berikutnya.
Dengan demikian fungsi pendidikan Islam berfungsi untuk menghasilkan manusia
yang dapat menempuh kehidupan yang indah didunia dan akhirat serta terhindar
dari siksaan Allah yang Maha pedih.[6]
Di
dalam masyarakat Islam sekurang-kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan
untuk menandai konsep pendidikan, yaitu : ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib.[7]
Ketiga kata tersebut akan penulis jabarkan sebagai berikut :
a) Ta’lim ( تعليم ), sesuai dengan
firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 31 yang berbunyi :
وَعَلَّمَ
آدَمَ اْلاَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى اْلمَلاَئِكَةِ فَقَالَ
اَنْبِئُوْنِيْ بِاَسْمَآءِ هؤُلاَءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ {البقرة : 31}
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman :
“sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang
benar!”.
(Al-Baqarah : 31).[8]
b) Tarbiyah ( تربية ), sesuai dengan
firman Allah dalam QS. Al-Isra’ ayat 24 yang berbunyi :
... رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَينِيْ
صَغِيْرًا {الاسراء : 24}
Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik ak
waktu kecil.
(Al-Israa’ : 24).[9]
c) Ta’dib ( تأديب ), sesuai dengan
hadits Rasulullah SAW yaitu :
َلأَنْ
يُؤَدِّبَ الرَّجُلُ وَلَدَهُ مِنْ أَنْ يَتَصَدَّقَ بِصَاعٍ {رواه الترميذ}
Pendidikan
seorang laki-laki (ayah) kepada anaknya lebih baik dari pada bersedekah dengan
satu sho
(HR. Tarmizi)[10]
Walaupun ketiga kata tersebut bisa
digunakan dalam bahasa Arab yang menunjukkan pengertian pendidikan, namun kata
ta’lim yang berarti pelajaran lebih sempit dari pada pendidikan, dengan kata
lain ta’lim hanya sebagaian dari pendidikan. Sedangkan kata tarbiyah yang lebih
luas digunakan di negara-negara yang berbahasa Arab sekarang.
Dari beberapa definisi pendidikan yang
telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
membina pertumbuhan dan perkembangan anak agar mencapai kedewasaan jasmani dan
rohani dan memiliki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat
dan kebudayaan.
Kata kasih sayang memiliki dua kalimat
yaitu 'kasih' yang artinya perasaan sayang (cinta, suka kepada)
mencintai, menyayangi, menaruh hati kepada,[11] sedangkan
kata 'sayang' yang artinya kasih sayang kepada, cinta, kasih, amat suka
akan, mengasihi, mencintai orang yang penuh kasih sayang.[12]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan kasih sayang yaitu usaha sadar dalam pembinaan perkembangan
dengan cara yang positif dan kreatif memberikan berbagai gambaran, dorongan,
umpan balik yang dapat membantu, mendorong, mengajarkan dan membina anak yang
sesuai dengan harapan dalam belajar mencintai, mengasihi dan menyayangi orang
lain serta sesame makhluk yang hidup di dunia.
Kalau ditelusuri dengan lebih teliti
rasa kasih sayang adalah merupakan kebutuhan psikis yang paling mendasar dalam
hidup dan kehidupan manusia. Apabila anak-anak pernah atau kurang
meraba-rasakan kasih sayang orang tuanya maka tidak bisa dipungkiri akan
menimbulkan penderitaan batin pada anak karena tidak tercurahnya rasa kasih
sayang orang tua mungkin akan mengakibatkan kesehatan badan anak terganggu,
kecerdasan anak-anak akan berkurang, kelakuannya akan mengarah keras kepala dan
nakal.[13]
Allah berfirman :
قُلْ لاَّ
أَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلاَّ اْلمَوَدَّةَ فِي اْلقُرْبَى وَمَنْ يَقْتَرِفْ
حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيْهَا حَسَنًا إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ {الشعورى :
23}
"Aku
tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih saying dalam
kekeluargaan' dan siapa yangmengerjakan kebaikan akan kami tambahkan baginya
kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensykuri. (QS. Al-syu'ara : 23).[14]
Manusia secara naluriyah membutuhkan
kasih sayang, perhatian dan kelembutan, sehingga apabila kasih sayang
diberikan, ia akan merasa senang, gembira, dan tetap sehat dari sisi kejiwaan.
Oleh karena itu, orang tua dan guru sebagai figur pendidik hendaknya memberikan
perhatian dan cinta dengan penuh motivasi, membebaskan anak dari ancaman, dan tidak
mengarahkan pukulan batin kepadanya. Perasaan cinta, menjadikan seorang yang
mencintai seseorang yang lain akan mengikuti jejaknya, mengingatnya, melakukan
sesuatu yang disukainya dan mewujudkan hal-hal yang dapat menggembirakannya.
Keberadaan manusia pada dasarnya
merupakan keterikatan antara yang mencintai dan orang-orang yang dicintai.
Cinta kasih merupakan prinsip utama dalam kehidupan keluarga; dalam aktifitas
pengasuhan dan pendidikan. Pengasuhan adalah kepedulian kodrati terhadap apa
yang telah dihasilkan oleh cinta, untuk menghidupkan dengan hidayah dan sikap
istiqomah, dengan memberikan kasih arif kepada anak-anak mereka.
B. Pengertian Orang Tua
Keluarga merupakan lingkungan terkecil
dalam masyarakat di mana keluarga ini di pimpin oleh kepala rumah tangga yaitu
seorang ayah disertai seorang ibu sebagai pendamping dalam menjalani kehidupan
rumah tangganya.
Orang tua adalah bagian dari keluarga,
yang merupakan tempat pendidikan dasar yang utama untuk mendewasakan anak juga
merupakan tempat anak pertama-tama menrima bimbingan dari orang tua atau dari
anggota keluarga lainnya.
Orang
tua adalah pokok pertama yang mempengaruhi pendidikan seseorang. Orang tua
adalah lembaga yang kuat berdiri di seluruh penjuru dunia sejak zaman purba. Ia
merupakan tempat manusia mula-mula digembleng untuk mengarungi hidupnya.[15]
Orang
tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang
tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak
langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang
bertumbuh, perlakuan orang tua terhadap anak tertentu dan terhadap semua
anaknya merupakan unsur pembinaan lainnya dalam pribadi anak.[16]
Adapun
orang tua adalah suatu pemimpin dalam kesatuan terkecil untuk memberikan
motivasi dalam pembentukan pribadi anggota keluarganya terutama anak dalam
rangka mendidik disiplinan anak sehingga dapat memberikan pengaruh yang ebih
baik terhadap prilaku mereka.
Dalam
Islam, orang tua itu penting sekali, baik dilihat menurut pandangan individu
maupun menurut pandangan masyarakat. Menurut pandangan individu merupakan
simbol bagi ciri-ciri yang mulia seperti keimanan yang teguh kepada Allah SWT.
Menurut pandangan masyarakat orang tua
merupakan institusi sosial yang terpenting dan merupakan unit sosial yang
utama. Dengan demikian yang diwarisi oleh anak-anak atau remaja dan orang
tuanya bukan hanya berupa harta benda, tetapi juga nilai-nilai yang bermanfaat
bagi kehidupan.
Orang
tua adalah unit yang pertama dalam keluarga itu sendiri yang terdiri dari ayah
dan ibu yang berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi
rasa aman.[17] Orang
tua merupakan unit sosial pertama di dalam mengembangkan dan menanamkan
berbagai kebiasaan dan norma prilaku yang dianggap penting bagi anaknya.
Secara
umum dapat dikatakan, bahwa bagaimana pengaruh orang tua terhadap perkembangan
prilaku dan kepribadian anaknya ditentukan oleh sikap, prilaku dan kepribadian
orang tua.
C. Pendidikan Orang Tua
Terhadap Anak
Orang
tua sebagai orang yang diberi amanat oleh Allah SWT yang memiliki tanggung
jawab yang besar terhadap pendidikan anak. Mulai dari masa kandungan, kelahiran
sampai anak menjadi dewasa yang wajib memikul segala kewajiban. Secara
prikologis terlihat bahwa perintah itu merupakan pemenuhan tuntutan fitrah
manusia yang sejak masa mulai menjadi orang tua (ayah dan ibu) telah memiliki
rasa kasih saying dan menpunyai keinginan untuk mengasuh, memelihara,
menyelamatkan dan mendidik anak. Fitrah itu didorong oleh Islam dengan cara
menetapkan dan sekaligus memberi motivasi bahwa upaya mendidik anak merupakan
ibadah yang berpahala besar. Karena seorang anak merupakan amanat disisi orang
tuanya, hatinya suci dan bening. Jika ia dibiasakan dengan kebaikan dan
diajarkan kepadanya sifat baik, maka ia akan tumbuh dan berkembang dengan baik.
Sebaliknya, jika ia dibiasakan dan diajarkan dengan sifat yang tidak baik, maka
ia akan tumbuh dan berkembang menjadi tidak baik, ia akan celaka dan menderita.
Menurut
Al-Ghozali anak adalah amanah Allah yang harus dijaga dan didik untuk mencapai
keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semua bayi yang
dilahirkan kedunia ini, bagaikan sebuah mutiara yang belum diukur dan belum
terbentuk tapi amat bernilai tinggi. Maka kedua orang tuanyalah yang akan
mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi
semua orang.[18] Apakah
kedua orang tuanya ingin membentuk anak menjadi insan kamil dan berguna bagi
semua orang atau tidak, itu adalah tanggung jawab orang tua dalam mendidik
anak-anak mereka.
Hal
ini ditegaskan dalam sebuah hadits Nabi mengenai tanggung jawab orang tua
terhadap anak.
أرّبوا أولادكم
وأحسنوا أدبهم {ابن ماجه}
"Didiklah
anak-anak kamu dan upayakanlah sebaik-baik pendidikan untuk mereka." (HR Ibnu Majah).[19]
Orang
tua adalah orang dewasa yang memikul tanggung
jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya
berada ditengah-tengah ibu dan ayahnya dari merekalah anak mulai mengenal
pendidikannya, dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup
banyak tertanam sejak anak berada di tengah-tengah orang tuanya. Mereka dapat
mengenalkan kepada anak segala hal yang mereka ingin beritahukan kepada anak
atau yang anak ingin sendiri mengetahuinya.
Sebagaimana
yang dicontohkan kepada Lukman seorang ayah yang bijaksana dan tekun dalam
memberikan nasihat kepada anaknya tentang ajaran yang benar. Sebagaimana yang
ditegaskan dalam Al-Qur'an Surat Lukman ayat 13 dan 17 yan berbunyi :
øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ
"Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anak-anknya,
diwaktu ia memberikan pelajaran kepada anaknya, "Hai anakku! Janganlah
engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah
benar-benar kedholiman yang besar". (QS. Lukman : 13).[20]
¢Óo_ç6»t ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# ÷É9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºs ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ
"Hai anakku dirikanlah sholat dan suruhlah manusioa
mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan." (QS. Lukman : 17).[21]
Disini
terdapat selembar nasihat yang diajarkan Lukman kepada anaknya antara lain,
untuk tidak melakukan perbuatan dosa yaitu mengingkari Allah yang telah
menciptakannya dan tidak menyekutukan Allah Tuhan sekalian alam, mendirikan
Sholat, berbuat baik dan meninggalkan perbuatan buruk, bersabar terhadap cobaan
yang datang.[22]
Apabila
melihat gambaran diatas, bahwa tanggung jawab orang tua besar sekali kepada
anak baik mengenai jasmani maupun rohani. Menurut Dzakiyah Daradjat, pendidikan
yang menjadi tanggung jawab orang tua sekurang-kurangnya dalam bentuk-bentuk
sebagai berikut :
1. Memelihara dan
membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab
setiap orang tua dan merupakan dorongan yang alami untuk mempertahankan
kelangsungan hidup manusia.
2. Melindungi dan
menjamin keselamatan, baik jasmaniah maupun rihaniah dari berbagai gangguan
penyakit dari penyelewengan kehidupan dan tujuan hidup yang sesuai dengan
falsafah hidup dan agama yang di anutnya.
3. Memberi pelajaran
dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki
pengetahuan dan kecakapan.
4. Membahagiakan anak
baik dunia maupun akhirat sesuai dengan tujuan hidup muslim.[23]
Apabila
seorang anak itu dibesarkan dengan bimbingan akhlak yang mulia orang tua dan
masyarakat muslim memberikan dukungan, ia akan memiliki banyak sekali teladan
untuk dicontoh yang membantu tumbuh berkembang sebagai seorang muslim yang berguna.
Lazimnya,
satu-satunya factor yang paling penting didalam perkembangan dan pertumbuhan
seorang anak adalah teladan dari orang tuanya. Karena teladan orang tua jauh
lebih membekas dari pada semua kata yang mereka ajarkan.
Suatu
kehidupan keluarga yang baik, sesuai dan tetap menjalankan agama yang dianutnya
merupaka persiapan yang baik untuk memasuki pendidikan formal. Oleh karena
melalui suasana keluarga yang demikian itu tumbuh perkembangan efektif secara
"benar" sehinga ia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar,
keserasian yang pokok harus terbina adalah keserasian antara ibu dan ayah yang
merupakan pokok dalam setiap keluarga.
Adapun
metode-metode yang dapat diterapkan dalam rangka mendidik anak menurut Muhammad
Quthb adalah :
1. Pembiasaan.
Orang
tua muslim membiasakan anak-anak untuk hidup secara ialam. Oleh karena itu
orang tua harus bisa dijadikan figure atau tokoh identifikasi bagi anak.
2. Teladan.
Suri
tauladan adalah teknik pendidikan yang paling baik, dan oleh karena itu
seharusnya seorang anak harus memperoleh tauladan dari keluarga dan orang
tuanya agar ia semenjak kecil sudah menerima norma-norma islam dan berjalan
berdasarkan konsepsi yang tinggi. Keluarga adalah pendidik yang menanamkan
benih-benih pertama didalam diri anak, dan dengan tingkah laku sehari-hari
sangat mempengaruhi perasaan dan tingkah laku anak, karena pendidikan melalui
teladan yang baik dapat mempengaruhi tingkah laku sehingga secara tidak sadar
gambaran pendidikan terpatri dalam jiwanya.
3. Nasihat.
Nasihat
merupakan tehnik pendidikan yang baik. Nasihat yang berpengaruh akan membuka
jalan kedalam jiwa secara langsung melalui perasaan. Nasihat yang baik harus
dibarengi dengan teladan, bila tersedia teladan maka nasihat akan sangat
berpengaruh didalam jiwa, dan akan
menjadi suatu yang sangat besar dalam pendidikan rohani.
4. Perintah dan
Larangan.
Pendidikan
melalui perintah dan larangan dapat dilakukan secara wajar, selam tidak keluar
dari norma-norma islam dan terutma dalam melaksanakan ibadah akhlak terpuji.
5. Hukuman.
Bila
teladan nasihat, perintah dan larang tidak mampu untuk memperbaiki kesalahan,
maka waktu itu harus diadakan tindakan yang tegas yang dapat meletakkan
persoalan ketempat yang benar, dealan tindakan yang tegas itu adalah hukuman.[24]
Melihat
lingkup tanggung jawab orang tua sangat besar terhadap anak demi kelangsungan
masa depan anak-anak mereka dan tanggung
jawab pendidikan islam yang meliputi kehidupan dunia dan akhirat dalam
artian luas dapat diperkirakan bahwa orang tua tidak mungkin dapat memikulnya
sendiri secara sempurna lebih-lebih dalam masyarakat yang senantiasa berkembang
maju. Hal ini bukanlah merupakan "aib" karena tanggung jawab tersebut tidaklah harus
sepenuhnya dipikul oleh orang tua secara sendiri-sendiri. Selain mendidik
dirumah orang tua juga harus menyerahkan anaknya kesebuah lembaga pendidikan
untuk dididik dan dibina secara lebih intensif.
Karena
pendidikan yang hanya dirumah tidaklah cukup, dengan melihat tanggung jawab
orang tua yang sangat besar tersebut, orang tua harus memilihkan guru dan
menempatkan disuatu lembaga pendidikan yang terbaik untuk anak-anak mereka
dengan mengingatkan kepada kaidah-kaidah pengarahan secara benar dan
dasar-dasar pendidikan praktis yang mulia dengan demikian mereka dapat
melaksanakan tanggung jawab mereka secara sempurna.
[1] Muhibbin
Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2001), h.10
[2]
Anonimus, UU Sisdiknas, UU RI. No.
20 tahun 2003, (Jakarta :
Harvarindo, 2003), h. 1
[3]
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1998), h. 10
[4] Hasan
Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta ; Al-Husna Zikra, 2000), h. 1
[5]Ahmad
Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), h. 24
[6]
Hasan Langgulung, Op. Cit., h. 339
[7] Hery
Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Bina Ilmu,
1999), h. 3
[8]
Depag RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Toha Putra,
1989), h. 14
[9] Ibid.,
h. 428
[10]
Abdullah Nashir Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta:
Pustaka Amani, 1999), h. 277
[11]
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,
(Jakarta ;
Balai Pustaka, 2006), h. 526
[12] Ibid.,
h. 1042
[13] Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan
Perkembangan Jiwa Anak, (Jakarta; Ghalia Indonesia, 1986), h. 63
[14] Depag RI . Op.
Cit., h. 787
[15]
Ramayulis, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam
Mulia, 1996), h. 11
[16] Zakiah
Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 56
[17] Andi
Hakim, Membina Keluarga Bahagia, (Jakarta: Pustaka Antara, 1991),
h. 107
[18] Nur Uhbiyati, Ilmu
Pendidikan Islam, (Bandung; Pustaka Setia, 1997), h. 92
[19] Salim Bahreisy, Tarjamah
Riadhus Shalihin, (Bandung; Alma Arif, 1986), h. 23
[20] Depag RI . Op.
Cit., h. 654
[21] Ibid., h. 655
[22] Norman Tarazi, Wahai
Ibu Kenali Anakmu, (Jakarta ;
Mitra Pustaka, 2001), h. 70
[23] Dzakiah Daradjat, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta ;
Bumi Aksara, 2000), h. 38
[24] Muhammad Quthb, Sistem
Pendidikan Islam, (Bandung; Al-Ma'arif, 1993), h. 325
No comments:
Post a Comment