Pengertian, Tujuan Dan Langkah-Langkah Pidato (Berpidato)
1) Pengertian Pidato
Menurut Arsjad dan Mukti (1993:35), berbicara
sangat berperan di hadapan suatu kelompok massa. Seseorang yang memiliki
keterampilan berbicara akan dapat dengan mudah menyampaikan ide gagasannya
kepada orang lain, dan didugaia akan berhasil mengemukakan gagasan itu sehingga
dapat diterima orang lain. Sebaliknya, jika seseorang tidak atau kurang
memiliki keterampilan berbicara tentu akan mengalami kesulitan dalam
menyampaikan gagasannya kepada orang lain, dan diduga akan akan menagalami
kegagalan, karena biasanya pembicaraan
yang disampaikan tidak atau kurang menarik sehingga sulit memahaminya.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi ataukata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Tarigan, 1981:15)
Salah satu ragam berbicara yang sering
digunakan dari dulu sampai sekarang adalah pidato (Arsjad dan Mukti, 1993:53).
Dalam penataran-penataran, peringatan-peringatan, seminar-seminar,
perayaan-perayaan, pidato sering digunakan. Seseorang yang memiliki kemampuan
berpidato dalam dalam forum-forum tersebut biasanya mendapatkan tempat di hati
para pendengarnya. Itulah sebabnya maka banyak orang yang berusaha untuk
memiliki keterampilan berbicara dengan baik agar sanggup menyampaikan pidato di
hadapan massa dengan baik pula.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai
pidato, dapat kita lihat beberapa pendapat ahli, di antaranya:
1)
Pidato
adalah suatu bentuk pebuatan berbicara dalam situasi tertentu, untuk tujuan
tertentu, dan kepada pendengar tertentu pula (Nurviati, 1995:7).
2)
Pidato
merupakan penyampaian dan penanaman pikiran, informasi, atau gagasan dari
pembicara kepada khalayak ramai (Arsjad dan Mukti, 1993:53).
3)
Pidato
adalah penyampaian gagasan, pikiran, atau informasi kepada orang banyak secara
lisan dengan cara-cara tertentu (Wiyanto, tt:12).
4)
Pidato
dapat diartikan sebagai seni membujuk atau “the
art of persuasion” (Aristoteles dalam Wiyanto, tt.:12).
5)
Pidato
adalah suatu proses (pekerjaan) untuk menyampaikan maksud, gagasan, informasi
kepada banyak orang dan bertujuan untuk mempengaruhinya (Ananda, 1993:10).
Dari beberapa pendapat para ahli di atas,
maka peneliti membuat simpulan bahwa pidato adalah suatu proses penyampaian
maksud, gagasan, ide, pikiran, dan informasi secara lisan kepada orang banyak
dalam situasi tertentu dengan tujuan mempengaruhinya.
2) Tujuan Pidato
Tujuan berpidato bermacam-macam. Setiap
pembicara dapat merumuskan tujuan sebuah pidato bergantung dari keadaan dan apa
yang dikehendaki oleh pembicara.
Menurut Wiyanto (tt. : 14), secara umum
tujuan pidato dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.
Memberitahukan;
2.
Menghibur
atau menyenang-nyenangkan; dan
3.
Membujuk
atau mempengaruhi.
Bila pidato itu bertujuan memberitahukan,
maka reaksi yang diharapkan oleh pembicara ialah agar para pendengar faham atau
mengertiterhadap apa yang diuraikan oleh pembicara. Jadi setelah selesai
pidato, diharapkan para pendengar menjadi tahu terhadap sesuatu yang sebelumnya
tidak tahu, atau pendengar menjadi faham terhadap sesuatu yang sebelumnya
kurang faham. Karena itu pembicara harus mengutamakan kejelasan pidato.
Bila tujuan pidato itu untuk menghibur atau
menyenang-nyenangkan, maka reaksi yang diharapkan oleh pembicara dari pendengar
yaitu perasaan puas dan senang. Pidato semacam ini biasanya terdapat dalam
jamuan-jamuan, pesta-pesta, atau
perayaan-perayaan dan pertemuan gembira lainnya. Misalnya saja pidato sambutan
pada pesta ulang tahun seorang kawan, dalam kesempatan seperti ini biasanya
pembicara berusaha menciptakan suasana lebih semarak dan menggembirakan para
tamu yang hadir (Wiyanto, tt.:16).
Bila tujuan pidato itu untuk membujuk atau
mempengaruhi pendengar, maka pembicara berusaha untuk mendorong, meyakinkan,
dan akhirnya mengajak pendengar untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu seperti yang dikehendaki oleh si pembicara (Wiyanto, tt.:17).
Senada dengan Wiyanto, Nurviati (1995:7)
mengungkapkan bahwa tujuan pidato bermacam-macam, yaitu :
a)
Memberitahukan
sesuatu kepada pendengar; pada tujuan ini pembicara mengharpkan reaksi dari
pendengarnya berupa pemahaman terhadap apa yang diuraikannya.
b)
Menghibur
pendengar; pada tujuan ini pembicara mengharapkan reaksi dari pendengarnya
berupa perasaan puas atau perasaan senang terhadap apa yang disampaikannya.
c)
Mempengaruhi
pendengar untuk melakukan perbuatan tertentu.
Selain itu, Ananda (1993:10) mengatakan bahwa
tujuan pidato secara umum terdiri atas tiga bagian, yaitu :
a)
Pidato
yang sifatnya informasi;
b)
Pidato
yang sifatnya hiburan; dan
c)
Pidato
yang sifatnya mempengaruhi pendengar.
Masih terkait dengan tujuan pembicaraan
(pidato), Arsjad dan Mukti (1993:58) mengatakan bahwa tujuan pembicaraan dapat
dibedakan atas tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum dari suatu pembicaraan (pidato)
meliputi :
1)
Mendorong;
Reaksi yang diharapkan dari pendengar pada tujuan ini dapat membangkitkan
emosi, inspirasi.
2)
Meyakinkan;
reaksi yang diharapkan dari pendengar pada tujuan ini berupa persesuaian
pendapat, intelektual, keyakinan.
3)
Bertindak/berbuat;
reaksi yang diinginkan dari pendengar pada tujuan ini agar para pendengar
mengerti dan memahami tentang suatu hal serta menambah dan memperluas
pengetahuan mereka tentang hal yang kurang atau belum diketahuinya.
4)
Menyenangkan;
reaksi yang diharapkan pada tujuan ini dapat menimbulkan minat dan kegembiraan
pada hati pendengar.
Tujuan
khusus dari suatu pembicaraan (pidato) dapat diartikan sebagai suatu tanggapan
khusus yang diharapkan dari para pendengar setelah pembicara selesai
menyampaikan suatu uraian. Tujuan khusus ini merupakan suatu hal yang
diharapkan untuk dikerjakan, dirasakan dan diyakini, dimengerti atau disenangi
oleh pendengar (Arsjad dan Mukti, 1993:59).
3) Langkah-langkah Pidato
Untuk memiliki kemampuan berpidato yang baik
diperlukan persiapan yang sebaik-baiknya dan latihan secara teratur. Bagi orang
yang sudah biasa berpidato dihadapan massa, mempersiapkan pidato dan latihan
mungkin tidak diperlukan lagi, namun bagi seseorang yang baru atau belum pernah
berbicara di depan umum, hal itu sangat diperlukan. Seseorang berpidato berarti
memberi informasi atau menyampaikan suatu pengetahuan kepada orang banyak.
Menyampaikan informasi atau pengetahuan tersebut selayaknya dipersiapkan
terlebih dahulu dengan sebaik-baiknya agar uraiannya dapat lebih teratur,
bahasanya lebih jelas, dan dapat dipikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan
timbul dalam pelaksanaan pidato, serta bagaimana usaha yang dapat dilakukan
untuk mengatasinya (Arsjad dan Mukti, 1993:56).
Menurut Nurviati (1995:8), untuk
mempersiapkan pidato yang baik perlu diperhatikan langkah-langkah di bawah ini
:
a.
Menentukan
tujuan pidato
Tujuan
pidato ditentukan pada awal persiapan pidato sebelum mengerjakan hal-hal
lainnya. Seorang pembicara harus menentukan tujuan pidatonya terlebih dahulu.
Dengan tujuan itu seorang pembicara dapat merlanjutkan tahap-tahap berikutnya
dalam pidato.
b.
Menganalisis
pendengar atau suasana
Setelah
pembicara menentukan tujuan pidatonya, langkah selanjutnya adalah menganalisis
pendengar dan suasana. Seorang pembicara harus menganalisis siapa yang akan
menjadi pendengar pidatonya, bagaimana status sosial ekonomi pendengar, berapa
tahun usianya, bagaimana responnya terhadap topik pembicaraan yang akan
disampaikan, bagaimana keadaan tempat untuk berpidato, dan bagaimana respon
pendengarnya terhadap topik.
c.
Memilih
dan menyampaikan pokok bahasan yang akan disampaikan
Melalui
analisis pendengar dan suasana, pembicara dapat membatasi topik yang akan
dibicarakannya, pembatasan topik disesuaikan dengan keadaan pendengar dan
berdasarkan pada tujuan pidatonya.
d.
Mengumpulkan
bahan-bahan yang diperlukan
Setelah
menentukan tujuan, topik, dan menganalisis pendengar dan suasana, maka harus
dipersiapkan bahan pembicaraan untuk berpidato. Untuk mempersiapkan bahan pembicaraan,
seorang pembicara tidak dapat mengandalkan pengetahuan yang dimilikinya saja,
tetapi juga harus mengumpulkan bahan-bahan lainnya agar memadai. Bahan-bahan
tersebut dapat berupa informasi terbaru yang berguna untuk pengembangan pidato.
Sumber-sumber yang kaya akan informasi dapat diperoleh lewat buku-buku,
majalah-majalah, surat kabar, perundang-undangan dan laporan-laporan. Tidak
menutup kemungkinan pula bahan diperoleh melalui wawancara. Dengan pengetahuan
yang dimilikinya serta bahan-bahan yang dapat dikumpulkan kemungkinan pembicara
dapat menyusun naskah pidato yang baik.
e.
Membuat
kerangka (out line)
Setelah
mempunyai bahan yang lengkap, langkah berikutnya adalah menyusun kerangka (out
line) naskah pidato. Setelah bahan-bahan terkumpul, maka seorang pembicara yang
akan menyusun naskah pidatonya dapat membuat kerangka naskahnya dengan lebih
rinci.
f.
Menyusun
naskah pidato
Setelah
kerangka naskah pidato selesai dibuat, langkah berikutnya adalah mengembangkan
kerangka paragraf menjadi naskah pidato. Dalam mengembangkan kerangka paragraf
harus diperhatikan sistematika naskah pidato, yaitu : pendahuluan, isi, dan
penutup.
Bagian
pendahuluan adalah pengantar terhadap isi pidato. Panjangnya sepersepuluh dari
isi pidato keseluruhan. Bagian pendahuluan memperlancar perpindahan informasi
dari pembicara kepada pendengar yang mempunyai latar belakang informasi atau
pikiran yang berbeda.
Isi
pendahuluan disesuaikan dengan tujuan pidato. Bila pidato itu bertujuan untuk
memberitahu/menjelaskan sesuatu kepada pendengar, maka dalam pendahuluan berisi
menyadarkan pendengar tentang topik yang akan dibicarakan sehingga pendengar
ikut memikirkannya. Bila pidato itu tujuannya menghibur, maka pada
pendahuluannya diciptakan perasaan lucu dan santai pada pendengar. Sedangkan bila
pidato itu bertujuan mempengaruhi pendengar, maka pendahuluannya bersifat
memojokkan pendengar agar mudah menerima melakukan apa yang dibicarakan pada
bagian isi pidatonya. Jadi, pendahuluan pidato adalah bagian pidato yang
berperan mempersiapkan pendengar baik emosi maupun pikirannya untuk menerima
yang dikatakan pembicara pada bagian isi pidatonya.
Bagian
isi/inti pidato merupakan pokok bahasan yang ingin disampaikan oleh pembicara.
Pada bagian inilah pembicara menguraikan seluruh pokok bahasan pidato tersebut, disertai contoh, ilustrasi,dan
bukti-bukti yang sesuai dan dapat mendukung isi pidato. Penguraian isi pidato
harus sejalan dengan tujuan pidato dan sesuai dengan pendengarnya.
Seperti
halnya bagian pembukaan, bagian penutup juga beragam tergantung pada tujuan
pidato. Bila pada tujuan pidato bertujuan untuk memberitahukan, maka penutup
berupa ringkasan uraian pidato. Bila tujuannya menghibur, maka bagian penutup
dapat berupa conoth cerita yang menjadi klimaks pidato, sedangkan bila tujuan
pidatonya untuk mempengaruhi pendengar, maka pada bagian penutupnya seruan
untuk membangkitkan semangat untuk melakukan perbuatan tertentu seperti yang
dikehendaki pembicara.
g.
Berlatih
dengan suara nyaring
Setelah
naskah pidato selesai dan sudah diberikan ulang langkah, terakhir adalah
latihan pidato dengan suara nyaring. Pada latihan tersebut si pembicara dapat
mengatur pembicaraannya. Kapan ia harus menaikkan nada suaranya, kapan ia harus
mempercepat tempo pembicaraannya, kapan ia harus berbicara dengan suara yang
lembut dan nada yang rendah. Dari naskah yang telah dibuatnya ia juga bisa
menentukan pada bagian mana ia dapat berhenti sejenak untuk istirahat.
No comments:
Post a Comment